KOMPAS.com – Karena keterlibatannya dalam pemerintahan Donald Trump, Elon Musk sekarang menjadi perhatian publik.
Musk saat ini menjabat sebagai pemimpin Departemen Efisiensi Pemerintah, yang didirikan oleh Presiden Donald Trump pada 20 Januari 2025 dan dikenal sebagai DOGE.
Serangkaian kontroversi Elon Musk memicu penolakan di Amerika Serikat. Bahkan, ada gerakan boikot terhadap barang-barang milik perusahaannya, seperti mobil listrik Tesla dan layanan internet satelit Starlink.
Seruan penolakan terhadap Tesla dan Starlink tampaknya meluas di India dan Inggris, selain di Amerika Serikat.
Kontroversi langkah politik Trump lewat DOGE
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Elon Musk saat ini bertanggung jawab atas Departemen Efisiensi Pemerintah (juga dikenal sebagai DOGE atau Departemen Efisiensi Pemerintah).
Dengan menemukan dan menghilangkan pemborosan serta meningkatkan efisiensi, departemen ini berusaha untuk mengurangi pengeluaran pemerintah federal.
DOGE telah melakukan banyak hal penting, seperti mengurangi jumlah staf pemerintah dan membubarkan atau menggabungkan beberapa lembaga federal. Meskipun demikian, pendekatan agresif ini telah menimbulkan perdebatan dan kritik.
USAID, yang sedianya mengelola bantuan kemanusiaan, pembangunan, dan keamanan senilai miliaran dolar AS di lebih dari 100 negara, adalah salah satu lembaga yang ditutup DOGE.
Penutupan USAID menimbulkan banyak kontroversi karena dianggap melanggar Konstitusi Amerika Serikat. Seorang hakim federal bahkan mengeluarkan perintah penangguhan untuk menghentikan tindakan DOGE lebih lanjut terhadap USAID.
Beberapa orang mengklaim bahwa pembubaran USAID akan memburukkan bantuan luar negeri dan diplomasi Amerika Serikat. Selain itu, auditor federal mengkritik operasi DOGE, yang dianggap tidak transparan dan melanggar standar audit.
Seruan boikot Tesla
Musk kini pun menghadapi protes dari sejumlah pemilih Tesla di AS. Menurut laporan BBC, sejumlah pemilik Tesla melakukan demonstrasi atau aksi protes di dealer Tesla Burbank, California pada hari Minggu (16/3/2025). (BBC)Imbas kontroversi ini, Elon Musk menghadapi protes dari pemilik Tesla di AS. Menurut laporan BBC, para pemilik Tesla melakukan demonstrasi atau aksi protes di dealer Tesla Burbank, California pada hari Minggu (16/3/2025).
Demonstrasi tersebut merupakan bagian dari gerakan “Tesla Takedown” yang menyerukan memboikot Tesla. Beberapa pengunjuk rasa mengatakan mereka menyesali pembelian mereka setelah Musk melibatkan diri dengan Trump dan politik AS.
Pengunjuk rasa lainnya ada yang datang dengan kata-kata umpatan dan nama Musk ditulis dengan kapur di sedan Model X putih miliknya. Mobil lain membawa stiker “Anti Elon Tesla Club”.
Kemudian, beberapa orang yang berunjuk rasa di Burbank memegang spanduk bertuliskan “Deportasi Elon”. Sementara pengunjuk rasa bernama Karen Rabwin juga ikut protes di Burbank setelah menukar Tesla miliknya dengan Cadillac.
Sebagian besar protes “Tesla Takedown” berlangsung damai, tetapi beberapa di antaranya ada yang sengaja membakar showroom Tesla dan stasiun pengisian daya di Colorado dan Massachusetts.
Tak hanya itu, di internet, beredar video yang memperlihatkan bebrapa pengguna Tesla juga protes dengan merusak mobil Tesa miliknya sendiri. Beberapa pengguna juga dilaporkan merusak Cybertruck dengan swastika, digunakan sebagai jalur skate, atau ditutupi sampah.
Para pengunjuk rasa pada hari Minggu mengatakan mereka ingin menurunkan nilai Tesla karena mereka khawatir bahwa Musk merusak ekonomi dan negara.
Beberapa orang pada hari Minggu juga menyuarakan kekhawatiran bahwa keterlibatan pemerintah Musk menguntungkan bisnisnya.
Starlink kena imbas
Ilustrasi Starlink. Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh menyatakan bahwa pemerintah siap mempercepat pemberian lisensi bagi layanan internet satelit Starlink milik Elon Musk dalam skema percontohan. Hal ini disampaikan Chinh saat bertemu dengan hampir 40 pebisnis Amerika Serikat di Hanoi. (SHUTTERSTOCK/HADRIAN)Selain Tesla, konsumen juga ikut “memboikot” layanan internet Starlink milik Elon Musk. Pengguna di Inggris juga menyatakan tidak akan lagi menggunakan Starlink karena melihat intrik politik Musk belakangan.
Starlink telah berkembang pesat di Inggris, dari 13.000 pelanggan tiga tahun lalu menjadi 87.000 tahun lalu. Namun, kini beberapa pengguna mulai menyuarakan penolakannya terhadap Starlink.
Salah satunya dilakukan Barry Nisbet, pemain biola Skotlandia yang bisnisnya di Shetland menggabungkan musik dengan pelayaran.
Ia menyebut, gestur kontroversial Elon Musk saat perayaan pelantikan Presiden Donald Trump (di mana Musk melakukan gerakan tangan yang oleh beberapa pihak dianggap menyerupai salam Nazi) sebagai salah satu alasan terakhir mengapa ia meninggalkan Starlink, meskipun hal itu merugikannya.
Pengguna Starlink lainnya di Inggris juga tak nyaman dengan peran politik Musk di kabinet Trump, tapi mengaku “terjebak dengan Starlink karena membutuhkannya”.
India bakal pangkas izin Starlink
Setelah Musk mendapat posisi berpengaruh di pemerintahan Trump, beberapa negara lebih berhati-hati dalam memberi akses kepada Starlink, salah satunya India.
India mungkin melihat Starlink sebagai instrumen geopolitik AS, terutama dengan Musk kini punya pengaruh lebih besar di pemerintahan.
Laporan terbaru, layanan internet satelit berkcepatan tinggi Musk ini tampaknya bakal diberikan izin yang lebih pendek dari yang diminta.
Menurut laporan Reuters berdasarkan sumber terdekat yang mengetahui masalah ini, Regulator telekomunikasi India, TRAI (Telecom Regulatory Authority of India), berencana merekomendasikan agar izin penggunaan spektrum broadband satelit diberikan hanya sekitar 5 tahun.
Ini jauh dari keinginan Starlink yang meminta izin selama 20 tahun untuk memastikan harga layanan tetap terjangkau dan perencanaan bisnis jangka panjang.
Menurut sumber, alasan pemerintah memberikan izin sekitar 5 tahun adalah karena ingin mengamati pertumbuhan pasar terlebih dahulu sebelum memberikan izin jangka panjang.
Dengan izin 5 tahun, pemerintah bisa mengevaluasi kembali harga spektrum setelah melihat perkembangan pasar, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari BBC dan Reuters, Rabu (19/3/2025).
Saham Tesla anjlok
Kondisi ini membuat saham Tesla terus anjlok. Menurut riset media otomotif Electrifying, kondisi ini membuat konsumen kehilangan keinginan membeli Tesla. Tidak sedikit dari mereka bahkan mempertimbangkan membeli mobil listrik buatan China.
Pada penutupan bursa saham Selasa (18/3/2025), saham Tesla tercatat turun 5,34 persen menjadi 225,31 dollar AS per saham.
Menurut catatan Bloomberg, turunnya saham Tesla yang konsisten, disebabkan para penanam modal beberapa melakukan divestasi. Bahkan, Elon Musk sempat kehilangan 148 miliar dollar AS (Rp 2.557 triliun).
SUMBER TEKNO.KOMPAS.COM : Tesla dan Starlink Ramai-ramai Diboikot, Ini Penyebabnya